Stephan Gultom

Selasa, 22 Mei 2012

Stephan Gultom - Aktivitasku Semakin Banyak

Saat ini, aku sudah bisa berjalan, dan bahkan berlari. Usiaku menginjak satu setengah tahun...rasanya sudah merasa ingin ikutan juga bersekolah di TK seperti abangku.


Sekarang ini aku senang sekali naik sepeda milik abangku dulu, rasanya mau dech keliling terus setiap sore dengan sepeda.


Dalam setiap kesempatan, aku juga selalu bermain dengan mainan milik abangku dan nonton TV anak-anak bareng.. Wahhh,, sepertinya kegiatan aku sehari-hari sangat padat. Tak lupa aku juga tidur siang yang lumayan loh untuk menjaga kebugaran aku.




Beberapa Tips untuk Melatih Aktivitas Balita

Umur boleh sama, namun anak yang terlatih lebih siap bersekolah. Tiga tanda balita siap sekolah adalah siap bermain dengan teman, bisa berpisah dari orang tua, dan bisa menolong diri sendiri. Berikut 15 aktivitas yang melancarkan langkah balita masuk sekolah.

1. Playdate
Undang 2 anak sebaya perempuan dan laki-laki untuk bermain bersama balita Anda.
Dorong balita untuk saling berinteraksi tanpa Anda ikut campur mengatur apa yang mereka mainkan, tapi tetap awasi.
Adakan acara ini secara rutin.
Beritahu balita sebelumnya bahwa teman-temannya akan bermain dengan mainan miliknya. Ini membantunya untuk mau berbagi dan bersikap baik.
Manfaat: Balita belajar bersosialisasi, berbagi dan membangun sikap yang baik terhadap orang lain.
 
2. Membereskan Mainan
Sediakan wadah, kotak atau lemari khusus untuk menyimpan mainan.
Ajak balita untuk mengembalikan mainannya ke wadah tersebut.
Beri pujian bila dia mengembalikan mainan ke tempatnya seperti yang Anda perintahkan.
Beri contoh dengan selalu mengembalikan barang ke tempatnya, misalnya setelah selasesai membaca buku langsung Anda kembalikan ke rak buku.
Manfaat: Balita belajar kemandirian, ketertiban dan tanggung jawab sehingga memberi nilai lebih di sekolah.

3. Membuat jadwal
Buat jadwal kegiatan sehari-hari balita dan pasang di tempat yang selalu dilihat balita.
Sisipkan kegiatan mainan sekolah-sekolahan dalam jadwal balita. Sesuaikan waktu bermain dengan jam dia bersekolah nanti.
Jangan lupa jadwalkan tidur. Balita perlu cukup tidur agar bisa bangun dengan segar serta siap melakukan berbagai kegiatan.
Manfaat: Balita belajar rutinitas dan disiplin sehingga terbiasa mengikuti jadwal kegiatan dari guru.

4. Memberi Nama Benda
Meski anak belum bisa membaca, templestiker namanya pada barang-barang miliknya, seperti kaos atau topi.
Belikan di abenda yang bertuliskan namanya, seperti kaos atau topi.
Beritahu balita benda dengan lebel bentuk huruf seperti ini adalah miliknya.
Manfaat: Balita belajar identitas diri dan mengenal huruf.

5. Bacakan Buku Cerita
Buat kebiasaan membacakan buku cerita pad awaktu yang sama setiap hari atau pada hari-hari tertentu dalam seminggu.
Pilih waktu santai Anda dan balita.
Manfaat: Balita belajar memusatkan perhatian dan menyimak.

6. Mencoret-coret
Sediakan krayon dan kertas, ajak balita mencoret di atas kertas.
Biasakan balita mencoret-coret kertas sambil duduk di kursi.
Manfaat: ketrampilan motorik halus, kreatifitas dan imajinasi.

7. Memilih Baju
Untuk baju sehari-hari di rumah, ijinkan memilih sendiri baju mana yang akan dikenakan. Beri rambu, baju untuk dipakai di rumah ada di laci warna kuning, misalny.
Untu bepergian atau ke seklah, sediakan 2-3 pilihan pakaian dan biarkan balita memutuskan apa yang dia inginkan.
Jangan mencela baju pilihannya.
Manfaat: balita belajar sadar diri, mandiri dalam mengambil keputusan.

8. Mengatur barang-barang
Siapkan satu tas dan barang-barang yang akan dibawa ke sekolah, seperti tempat makan, sapu tangan, baju ganti dan lain-lain.
Minta anak memasukkan barang-barang dalam tasnya, kemudian minta ia mengeluarkannya lagi sambil dicek apakah ada barang yang tertinggal.
Manfaat: balita belajar rutinitas, mandiri, tanggung jawab, teliti, dan melatih daya ingat barang apa saja yang dibawa pergi dan kembali.

9. Membuang Sampah
Sediakan beberapa tempat sampah untuk memudahkan balita membuang sampah. Misalnya di dapur, ruang keluarga dan di tempat anak biasa bermain.
Jadilan contoh yang baik dengan selalu membuang sampah pada tempatnya.
Manfaat: Balita belajar kebersihan dan melatihnya mengikuti intruksi berbagai aktivitas di sekolah.

10. Pergi Agak Lama
Ajak balita mengunjungi tempat baru yang belum pernah dia kunjungi. Ajak dia mengamati orang-orang yang berada di tempat itu.
Bila ada prasekolah yang menawarkan program uji coba, sertakan balita agar Anda tahu apakah balita merasa senang berad di sana.
Manfaat: balita belajar beradaptasi dengan lingkungan baru.

11. Memakai Sepatu
Pilih sepatu yang mudah dikenakan dan dilepas.
Biasakan selalu mengenakan sepatu setiap pergi ddari rumah, minta anak mengenakan sendiri sepatunya, melepaskannya dan meletakannya di rak sepatu setelah dipakai.
Manfaat: belajar mandiri dan percaya diri.

12. Ke Toilet Sendiri
Biasakan balita buang air di kamar mandi.
Ajarkan balita mengatakan keinginannya buang air. Awalnya tanyakan apakah di aingin buang air atau tidak.
Jangan memarahi balita bila terlambat memberitahu Anda.
Manfaat: belajar kemandirian, kepercayaan diri, kebersihan, dan kesehatan. Selain itu lulus toilet training biasanya jadi salah satu syarat yang diajukan pihak prasekolah.

13. Bernyanyi
Ajarkan balita berbagai jenis lagu anak-anak.
Latih balita untuk menyanyikan lagu hingga selesai.
Manfaat: fokus melakukan satu kegiatan dan menambah perbendaharaan kata serta meningkatkan kemampuan bahasanya.

14. Makan Sendiri
Ajarai balita menggunakans endok makan dengan benar dna mengunyah makanan secar aperlahan.
Gunakan kat apanduan yang posistif, seperti, “Hebat makanannya sudah habis.”
Manfaat: Bisa menolong diri sendiri saat anak berada di sekolah.

15. Antre ke kamar mandi
Ajak balita menunggu giliran ke kamar mandi.
Beritahu balita tidka boleh memukul-mukul pintu atau berteriak kesal karena lama antri,
Puji balita yang sudah bisa bersabar mengantre.
Manfaat: di sekolah, balita akan menghadapi kenyataan, semua fasilitas yang tersedia harus digunakan bersama-sama.



Selasa, 31 Januari 2012

Belajar Jalan - Stephan Gultom

Stephan sekarang sudah memasuki usia 13 bulan, semakin kelihatan bertumbuh dan sehat. Merangkak sudah dikuasai olehnya, sedangkan berjalan masih tertatih-tatih. 

Stephan dan Edgar - Memperlihatkan Bola kesayangan
 Walau belum lancar cara berjalannya, Stephan merasa sangat enerjik untuk bisa berjalan ataupun malah berlari. Dan yang lebih serunya adalah, Stephan senang sekali dengan bola, bila ada kesempatan, ia selalu bermain dengan bolanya, melempar, menendang dan mengejarnya.

Bermain bersama sang abang tercinta, Samuel, merupakan kesenangan tersendiri untuk Stephan. Setiap hari selalu saja ditunggu abangnya pulang dari sekolah dengan perasaan yang bersemangat, tentunya agar dapat bermain dan berteriak dengan sang abang.


Stephan selalu ceria dan bersemangat setiap saat. Bila ada Mama dan Papa sudah pulang kerja atau pada waktu libur, keceriaan Stephan seakan tidak pernah surut sepanjang hari. Ia akan tertidur karena kecapaian. Biasanya, bila setelah puas bermain sore hari, dan usai makan serta mandi, maka Stephan akan istirahat karena letih beraktifitas. 


Ada beberapa tips buat orang tua pada saat bayi kesayangannya belajar berjalan, :

Stephan dan Samuel - Jalan Sore
 

Latihan berjalan implikasinya sangat luas bagi perkembangan psikologis anak. Antara lain dalam sense of autonomy berikut kemandiriannya. Secara bertahap anak memahami, segala sesuatu yang diinginkannya haruslah diusahakan. Nah, agar latihannya berjalan baik dibutuhkan stimulus dan dukungan dari orangtua. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan kala anak sedang belajar jalan seperti dijelaskan dr. Rini Sekartini, Sp.A., dari bagian Tumbuh Kembang Anak, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

1. CIPTAKAN LINGKUNGAN AMAN


Kala bayi mulai tertatih-tatih belajar jalan biasanya selain merasa senang para orangtua pun mulai "senam jantung". Bagaimana tidak? Kini si bayi mulai ingin mengenali dunianya yang lebih luas dengan "menjelajah" hingga ke setiap sudut rumah. Mungkin bila dijumlahkan setiap hari entah sudah berapa belas meter jarak yang ditempuhnya.

Keterampilan barunya ini membuat bayi bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Meski sebatas di dalam rumah, "penjelajahan" ini mengundang situasi yang rawan kecelakaan. Contohnya, bagaimana bila tiba-tiba dengan langkahnya yang masih limbung si kecil nyelonong masuk ke kamar mandi yang lantainya licin, atau tiba-tiba menabrak guci besar di pojok ruang yang dapat mencederai dirinya.
 
Stephan Halomoan Gultom
Bila terjadi kecelakaan akibat eksplorasinya tentu saja bayi tidak bisa disalahkan. Ia belum tahu benda apa saja dan mana tempat yang berbahaya ataupun tidak.

Menjadi tugas orangtua untuk meminimalkan segala risiko dengan tidak menempatkan barang-barang yang mengundang bahaya di jalur yang akan dilalui bayi. Selain itu, pastikan pula keamanan daerah "steril" bagi bayi, terutama dapur dan kamar mandi karena di kedua tempat ini terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pada bayi.

Selanjutnya, area menuju lantai atas, dapur, dan ke kamar mandi, sebaiknya dilengkapi dengan pintu pengaman berupa pagar pembatas. Kabel listrik yang tak tertata rapi juga sering menjadi biang keladi tersandungnya si kecil yang sedang "asyik" berjalan. Belum lagi kemungkinan sengatan listrik bila kabelnya sudah terkelupas. Oleh sebab itu, aturlah jalinan kabel dengan baik sehingga tak centang perenang.

Biasanya bayi yang sudah mampu berdiri dan berjalan tertarik pada apa saja yang ada di atas meja. Tak heran kalau dalam sekejap kemudian ia akan menarik benda apa saja yang menarik perhatiannya tadi. Guna meminimalkan risiko bahaya, untuk sementara singkirkan taplak meja. Kalaupun ingin menggunakan taplak meja, pilihlah yang ukurannya lebih kecil dari daun meja sehingga tak sampai menjumbai di sisi meja.

Perabot, terutama meja yang bersudut tajam, sebaiknya juga disingkirkan untuk sementara waktu atau akali dengan memasang pengaman sudut. Soalnya, bayi yang sedang belajar berjalan sangat berisiko terbentur sudut meja yang tajam.

Patut diingat, menciptakan lingkungan yang aman bukanlah dengan membatasi ruang eksplorasi bayi. Yang diperlukan bayi adalah pengawasan orangtua sekaligus area yang dapat membuatnya leluasa berjalan-jalan ke sana dan kemari.

2. PILIH SEPATU YANG TEPAT

Sepatu berfungsi melindungi kaki bayi dari partikel dan benda yang bisa mencederainya. Di luar lingkungan rumah, sebaiknya pakaikan sepatu yang dapat menunjang kemampuan bayi berjalan.

Pilih sepatu bersol datar dan lembut untuk memudahkan anak berjalan sekaligus tetap mendapat cukup rangsangan dari bawah. Hindari sepatu dengan pengganjal di bagian lekukan kaki karena akan mengganggu pertumbuhan tulang belulangnya. Hindari juga ujung sepatu yang runcing/menyempit yang membuat ruang gerak jari-jemarinya terhambat.

Pastikan sepatu bayi berukuran pas, tidak sempit dan tidak terlalu longgar. Patokannya, lebihkan sedikit (kira-kira satu ruas ibu jari orang dewasa) pada bagian ujung sepatu. Pilih model dengan tali/kancing/perekat yang dapat mengatur kekencangan sepatu secara tepat. Kaus kaki yang akan digunakan juga tidak dianjurkan terlalu ketat karena dapat mengganggu peredaran darah. Pilih bahan katun agar mudah menyerap keringat sekaligus membantu menjaga sirkulasi udara dalam sepatu.

Saat berjalan-jalan di rumah, bayi tak perlu diberi alas kaki. Tanpa sepatu, kaki bayi akan menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Kakinya juga akan mendapat tekanan dari bawah sebagai latihan bagi otot-ototnya. Ini dapat mengasah kemampuan koordinasinya menjadi lebih bagus. Berkat tekanan-tekanan pada permukaan telapak kaki, pertumbuhan tulang kaki menjadi lebih baik. Selanjutnya, akan terbentuk kaki yang baik dengan otot-otot yang lebih kuat. Latihan bertelanjang kaki seperti ini sangat diperlukan di rumah mengingat pertumbuhan tulang akan terus berlanjut sampai anak berusia 17-18 tahun.

Untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan kakinya, periksa ukuran sepatu secara berkala mengingat pertumbuhan kaki bayi amat cepat, terutama bila ditunjang gizi yang baik. Sepatu yang kekecilan pasti akan membuatnya tak nyaman. Sepatu kekecilan akan meninggalkan warna kemerahan di pinggir jari atau kaki bayi akibat tekanannya dan dapat menyebabkan iritasi.



3. TUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI

Pada prinsipnya, selama sudah dipastikan tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot, anak pasti bisa berjalan. Memang, sih, usia berjalan pada setiap anak bisa berbeda-beda, namun umumnya rentang waktu yang normal adalah usia 11-18 bulan.

Kecemasan umumnya muncul jika setelah berusia 1 tahun, si kecil belum juga bisa berjalan. Atau biasanya sudah bisa berjalan sebentar, tapi setelah itu mogok. Untuk memastikan ada tidaknya gangguan, tentu harus diperiksakan ke dokter. Bila tak ada gangguan, boleh jadi ia butuh rangsangan agar dapat berjalan tepat pada waktunya.

Anak yang mogok belajar jalan mungkin terlena oleh kemanjaan dari orangtua atau pengasuhnya. Contohnya, kelewat sering digendong sehingga anak tak mendapat stimulasi untuk aktif bergerak. Kemanjaan seperti ini memang bisa menghambat perkembangan kemampuan berjalannya.

Sayangnya, sering kali orangtua tidak menyadari kemanjaan yang mereka limpahkan. Contohnya, lantaran kelewat sayang, orangtua khawatir melihat anaknya limbung. Belum sempat anak melangkah, orangtua sudah langsung mengulurkan bantuan. Kalau semua kebutuhan dan kemudahan sudah ada di depan mata, jangan salahkan kalau si kecil jadi enggan belajar berjalan.

Keengganan latihan berjalan bisa juga lantaran kurangnya rasa percaya diri. Boleh jadi saat pertama kali belajar jalan, ia terjatuh cukup keras. Baik anak maupun orangtua biasanya jadi jera mencoba dan mencoba lagi. Padahal ketakutan berlebih seperti ini harus dikikis. Secara perlahan orangtua mesti meyakinkan anaknya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tunjukkan dengan bukti konkret, semisal dengan terus mendampinginya berlatih dan menyediakan lingkungan yang aman.

Agar anak mau berjalan lagi, dibutuhkan stimulus yang dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pancing semangat anak dengan sikap gembira tanpa harus memaksa. Gunakan mainan yang menarik agar anak mau mendatanginya. Letakkan agak ke atas sehingga ia perlu berdiri untuk menjangkaunya. Dengan begitu, sedikit demi sedikit, anak tergerak untuk berani mencoba berjalan sendiri, tanpa ditatih atau berpegangan. Kalaupun sampai terjatuh, jangan tunjukkan sikap panik di hadapannya. Perhatikan apakah ia perlu ditolong saat itu juga atau bisa dibiarkan bangkit sendiri.

Sikap panik orangtua/pengasuh hanya akan membuat rasa percaya dirinya luntur.

4. PIJAT PERKUAT OTOT KAKI

Selama belajar berjalan, anak mengandalkan otot-otot kakinya untuk menjaga keseimbangan. Dengan rekomendasi dokter anak, orangtua dapat melakukan pijat bayi yang bertujuan menguatkan otot-otot kakinya. Misalnya, dengan cara menelentangkan bayi kemudian minta ia memegang telapak kakinya sambil sedikit didorong. Secara refleks anak akan melakukan gerakan seperti menendang. Latihan yang intens dan tepat terbukti mampu menguatkan otot kakinya.

Tanyakan pada dokter, teknik-teknik pijatan apa yang dapat menguatkan otot kaki. Membawa anak ke tukang pijat tradisional boleh saja asalkan dilakukan dengan hati-hati. Akan lebih baik jika Anda berbekal rekomendasi dokter lalu membawa si bayi ke fisioterapis. Pelajari tekniknya dengan benar. Yang pasti, pijatan yang dilakukan fisioterapis biasanya berlandaskan ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan.

5. PERHATIKAN BERAT TUBUH

Sering juga terjadi anak malas belajar jalan akibat kegemukan. Bagi bayi dengan berat badan berlebih, menjaga keseimbangan tubuh jelas lebih sulit. Upayakan agar asupan makanannya seimbang, tidak berlebih dan tidak kurang. Selain itu, fisioterapis dapat membantu bayi dengan program yang tepat. Misalnya dengan teknik mendorong bola besar yang biasa digunakan untuk latihan motorik.










-ShG-